Sekitar 474 Kepala Keluarga Terendam Banjir Akibat Dari Luapan Danau Limboto di Gorontalo

Jakarta - Ratusan rumah warga yang dihuni 474 kepala keluarga di kawasan padat penduduk di Desa Hutadaa dan Desa Buhu, Kecamatan Talaga Jaya, Kabupaten Gorontalo, terendam banjir akibat meluapnya Danau Limboto.

Hujan deras yang hingga kini masih mengguyur sejumlah wilayah di kabupaten itu membuat danau terbesar di Provinsi Gorontalo tersebut meluap hingga merendam rumah-rumah warga.

Warga yang terdampak terpaksa meninggalkan rumah mereka dan mengungsi ke tempat yang lebih aman. Sebab ketinggian air danau hingga kini terus meningkat mencapai 2 meter. "Kami terpaksa mengungsi, karena ketinggian air sudah mencapai 2 meter,"tutur Deris Mustafa. Kamis, (11/11).

Deris menyebut, banjir yang menerjang pemukiman mereka merupakan banjir kiriman dari daerah lain.
Dari data yang dimiliki Pemerintah Desa Huatada, jumlah warga yang terdampak banjir akibat luapan Danau Limboto di desa itu sebanyak 371 kepala keluarga atau 1.310 jiwa.

Sedangkan menurut information Tagana jumlah korban banjir di Desa Buhu sebanyak 338 kepala keluarga atau 476 jiwa. Kepala Desa Hutadaa, Wowiling Habibullah mengatakan, dari 1.310 jiwa yang terdampak, hanya 34 kepala keluarga atau 114 0rang yang mengungsi, sisanya tetap bertahan di rumah mereka masing-masing.

"Jumlah rumah yang terendam di Desa Hutadaa sebanyak 274,"kata Wowiling. Untuk membantu warga yang terdampak bencana, Pemerintah Desa Hutadaa terpaksa menggeser anggaran kegiatan yang belum terlaksana di desanya untuk menangani musibah banjir.

Wowiling juga menyayangkan sikap pihak Dinas Sosial Kabupaten Gorontalo yang lembam dalam memberikan bantuan kepada para korban banjir. "Hanya BPBD yang sudah memberikan bantuan, kalau untuk Dinas Sosial hingga kini kami belum memperoleh informasi kalau mereka sudah menyerahkan bantuan,"tegasnya.

Nasib Korban Banjir di Tempat Pengungsian, Susah Mandi Hingga Buang Air Besar

Sementara itu, nasib ratusan korban banjir yang menempati tenda pengungsian kian memilukan. Empat hari berada posko pengungsian, mereka mengeluh kesulitan untuk memasak, mandi dan buang air besar. Sebab pemerintah tak menyediakan dapur umum dan fasilitas jamban di lokasi pengungsian.

"Untuk mandi dan buang air besar kami terpaksa numpang ke rumah-rumah warga yang ada di sekitar posko pengungsian,"ucap Rolani Djafar.

Posko pengungsian yang dibangun pemerintah, tak hanya di tempati orang dewasa saja, puluhan anak-anak dan balita terpaksa tidur di tenda tersebut. Karena untuk kembali rasanya tidak mungkin, sebab air danau tak kunjung surut.

Abdul Gani Patamani, warga lainnya menyebut, empat hari menempati tenda pengungsian, mereka mulai khawatir akan terserang penyakit. Banyak anak-anak dan balita yang tinggal di lokasi pengungsian sangat rentan terserang penyakit.

"Sudah empat hari kami menempati posko pengungsian, namun belum ada satu word play here petugas kesehatan yang datang melakukan pelayanan kesehatan,"ujarnya. Para korban banjir ini berharap, pemerintah tak hanya memberikan bantuan makanan saja, tapi lebih memerhatikan kondisi kesehatan mereka yang berada di posko pengungsian, "sambung dia.

Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Gorontalo terus menyalurkan bantuan kepada para korban banjir. Korban bencana di dua desa di kecamatan ini menerima bantuan beras sebanyak 1 bunch yang diserahkan langsung Wakil Bupati Gorontalo pada Rabu, (10/11) sore kemarin.

Banjir yang melanda Kecamatan Talaga Jaya, merupakan banjir musiman yang disebabkan luapan air dari danau dan banjir kiriman dari daerah tetangga, ungkap Wabup Hendra. "Warga harus tetap waspada terhadap banjir susulan, Karena hingga saat ini hujan deras masih mengguyur sejumlah wilayah di Gorontalo,"pungkasnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Video yang Sedang Viral Mengenai Sunda Empire yang Menawarkan Keliling Dunia Hanya Memakai Satu Bahasa Saja

Ratusan Rumah Terendam Akibat Banjir Bandang di Tanggamus Lampung

Berikut Jawaban Erick Thohir Saat Ditanya Maju Capres 2024