Wapres Amirullah: Saya Tidak Akan Pernah Sama Sekali Tunduk Kepada Teroris Taliban
Jakarta - Pasukan elite Afghanistan menegaskan, mereka berjanji akan menumpas
habis Taliban di tengah persiapan untuk melawan kembali. Pernyataan itu
muncul setelah pemerintahan yang tersisa menghimpun kekuatan di Lembah
Panjshir, sekitar 128 kilometres dari Kabul.
Panjshir adalah satu-satunya tempat yang belum dikuasai pemberontak, setelah mereka merebut ibu kota akhir pekan lalu.
Adalah Wakil Presiden Amirullah Saleh yang menyerukan konsentrasi
pasukan di Panjshir, setelah mendeklarasikan dirinya sebagai pemimpin
sah. Saleh menggantikan Presiden Ashraf Ghani yang mencari perlindungan
di Uni Emirat Arab setelah Taliban menguasai Kabul.
"Bergabunglah
bersama kelompok perlawanan. Saya tidak akan pernah, sama sekali tunduk
kepada teroris Taliban,"tegasnya di Twitter.
Bergabung bersama Saleh adalah Ahmad Massoud, putra Ahmed Shah Massoud,
pemimpin milisi Aliansi Utara yang dibunuh Taliban di 2001.
Selain
milisi lokal dan warga yang berniat melawan pemberontak, aliansi gerilya
itu diperkuat juga sisa-sisa pasukan khusus Afghanistan. Mereka dilatih
oleh tentara Barat, termasuk di antaranya SAS Inggris, sehingga
dijuluki terbaik dari yang terbaik.
"Jumlah kami ribuan dan masih banyak yang akan datang. Kami juga
mendapat dukungan warga lokal," kata sumber kepada The Sun.
Sumber itu mengeklaim, kelompok itu berisikan expert yang sudah
bertempur melawan pemberontak 20 tahun terakhir, dan paham setiap
jengkal tanah di Afghanistan. "Saya tidak akan mati sebelum
menghancurkan mereka. Kami akan berjuang hingga peluru terakhir,"tegas
sumber tersebut.
Hanya saja selain dipukul mundur, banyak dari anggota elite tempur
pemerintah yang bersembunyi karena khawatir menjadi korban pembalasan
dendam pemberontak. Pada Juni, 22 komando elite itu dieksekusi secara
harsh setelah kehabisan peluru saat melawan mereka di Dawlat Abad.
Device khusus yang diterjunkan di sana kewalahan menghadapi Taliban,
karena mereka terperangkap dan tak bisa mendapat bantuan udara hingga
pasokan logistik. Meski sudah dipersenjatai persenjataan terbaik dari
AS, banyak dari mereka yang tumbang atau memutuskan melarikan diri.
Selain unit elite, tentara reguler yang menolak bergabung dengan Taliban dilaporkan juga bersama kelompok perlawanan. Mereka tergabung di bawah Aliansi Utara, yang terus memerangi Taliban ketika berkuasa pada 1996 sampai 2001 silam.
Komentar
Posting Komentar